Sebagai salah satu pulau yang ada di tanah air, Sulawesi tidak pernah bosan menghadirkan beragam objek wisata. Ada beragam objek wisata yang ditawarkan di Sulawesi dimulai dari wisata belanja, wisata kuliner, wisata sejarah, hingga wisata alam. Sulawesi bagian tenggara, khususnya di Bau-bau menyajikan salah satu wisata sejarah yang dikenal oleh banyak orang dengan nama Benteng Keraton Buton. Meskipun merupakan salah satu objek wisata sejarah yang ada di Bau-bau, tetapi keberadaan objek wisata ini tidak pernah sepi dari pengunjung, baik hari libur maupun hari-hari biasa. Sebenarnya apa sih yang ditawarkan salah satu objek wisata sejarah di Bau-bau ini?
Benteng Keraton Buton ini ternyata terbuat dari batu kapur atau batu gunung, benteng ini juga disebut-sebut sebagai benteng terluas di dunia karena memiliki luas sekitar 23.375 hektar dan dengan panjang keliling 2.740 meter. Sebagai benteng yang disebut-sebut sebagai benteng yang paling luas di dunia, benteng ini pernah mendapatkan penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) dan juga penghargaan dari Guinness Book Record pada tahun 2006.
Benteng Keraton Buton ini terletak di atas puncak bukit yang tinggi dan dengan lereng yang bisa dibilang cukup terjal. Oleh karena benteng ini berada di atas puncak bukit, maka ketika Anda berada di atasnya, Anda dapat menyaksikan pemandangan kota Bu-bau yang indah dan luar biasa dari ketinggian. Selain itu, Anda juga bisa menyaksikan ada banyak kapal di Selat Buton yang lalu lalang - lebih tepatnya hilir mudik, ini tentu saja merupakan pemandangan luar biasa yang tidak bisa dielakkan lagi
Benteng Keraton Buton ini di dalamnya ternyata memiliki tiga bagian, tiga bagian tersebut adalah Badili, Lawa, dan Baluara. Ketiga nama tersebut bukan asli dari bahasa Indonesia, misalnya saja kata Baluara itu merupakan istilah dari bahasa Portugis yang artinya “bastion”. Nah, apa itu sebenarnya Badili, Lawa , dan, Baluara? Badili artinya meriam, jadi di dalam benteng ini terdapat meriam yang dibuat dari besi tua dengan ukuran 2 hingga 3 depa. Sebagai salah satu senjata bekas Kesultanan Buton dan merupakan peninggalan dari Portugis dan Belanda, meriam ini bisa Anda temukan hampir ada di seluruh benteng yang ada di kota Bau-bau. Kemudian Lawa adalah pintu gerbang, benteng ini disebut-sebut memiliki 12 gerbang, pemilihan jumlah 12 itu sendiri didasarkan pada keyakinan orang setempat bahwa 12 diibaratkan dengan lobang yang dimiliki oleh manusia, itulah sebabnya, benteng ini menjadi ibarat dari tubuh manusia. Adanya Lawa di benteng ini, dahulu fungsinya sebagai penghubung dari tanah keraton ke kampung-kampung yang terletak di sekitar keraton. Sedangkan Baluara yaitu baluer atau bastion, benteng ini disebut-sebut memiliki 16 baluara dan dua diantaranya memiliki fungsi untuk penyimpanan peluru dan mesiu
Luar biasa kan Benteng Keraton Buton itu? hanya dengan melihat bangunannya, kita akan tahu sejarah tentang Kesultanan Buton di masa lalu, dengan melihat benteng yang berdiri kokoh sangat mungkin benteng tersebut dulunya menjadi benteng pertahanan yang paling aman karena tidak mungkin benteng itu masih berdiri kokoh jika pada zaman dulu benteng itu menjadi tempat pertahanan yang mampu diluluh-lantakkan begitu saja. Hmm, apakah Anda tertarik untuk mengunjunginya? Dan mengetahui sejarahnya secara langsung dan lebih mendetail? Atau datang hanya untuk sekedar menyaksikan pemandangan kota Bau-bau dan kapal yang hilir mudik di selat Buton?
Benteng Keraton Buton ini ternyata terbuat dari batu kapur atau batu gunung, benteng ini juga disebut-sebut sebagai benteng terluas di dunia karena memiliki luas sekitar 23.375 hektar dan dengan panjang keliling 2.740 meter. Sebagai benteng yang disebut-sebut sebagai benteng yang paling luas di dunia, benteng ini pernah mendapatkan penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) dan juga penghargaan dari Guinness Book Record pada tahun 2006.
Benteng Keraton Buton ini terletak di atas puncak bukit yang tinggi dan dengan lereng yang bisa dibilang cukup terjal. Oleh karena benteng ini berada di atas puncak bukit, maka ketika Anda berada di atasnya, Anda dapat menyaksikan pemandangan kota Bu-bau yang indah dan luar biasa dari ketinggian. Selain itu, Anda juga bisa menyaksikan ada banyak kapal di Selat Buton yang lalu lalang - lebih tepatnya hilir mudik, ini tentu saja merupakan pemandangan luar biasa yang tidak bisa dielakkan lagi
Benteng Keraton Buton ini di dalamnya ternyata memiliki tiga bagian, tiga bagian tersebut adalah Badili, Lawa, dan Baluara. Ketiga nama tersebut bukan asli dari bahasa Indonesia, misalnya saja kata Baluara itu merupakan istilah dari bahasa Portugis yang artinya “bastion”. Nah, apa itu sebenarnya Badili, Lawa , dan, Baluara? Badili artinya meriam, jadi di dalam benteng ini terdapat meriam yang dibuat dari besi tua dengan ukuran 2 hingga 3 depa. Sebagai salah satu senjata bekas Kesultanan Buton dan merupakan peninggalan dari Portugis dan Belanda, meriam ini bisa Anda temukan hampir ada di seluruh benteng yang ada di kota Bau-bau. Kemudian Lawa adalah pintu gerbang, benteng ini disebut-sebut memiliki 12 gerbang, pemilihan jumlah 12 itu sendiri didasarkan pada keyakinan orang setempat bahwa 12 diibaratkan dengan lobang yang dimiliki oleh manusia, itulah sebabnya, benteng ini menjadi ibarat dari tubuh manusia. Adanya Lawa di benteng ini, dahulu fungsinya sebagai penghubung dari tanah keraton ke kampung-kampung yang terletak di sekitar keraton. Sedangkan Baluara yaitu baluer atau bastion, benteng ini disebut-sebut memiliki 16 baluara dan dua diantaranya memiliki fungsi untuk penyimpanan peluru dan mesiu
Luar biasa kan Benteng Keraton Buton itu? hanya dengan melihat bangunannya, kita akan tahu sejarah tentang Kesultanan Buton di masa lalu, dengan melihat benteng yang berdiri kokoh sangat mungkin benteng tersebut dulunya menjadi benteng pertahanan yang paling aman karena tidak mungkin benteng itu masih berdiri kokoh jika pada zaman dulu benteng itu menjadi tempat pertahanan yang mampu diluluh-lantakkan begitu saja. Hmm, apakah Anda tertarik untuk mengunjunginya? Dan mengetahui sejarahnya secara langsung dan lebih mendetail? Atau datang hanya untuk sekedar menyaksikan pemandangan kota Bau-bau dan kapal yang hilir mudik di selat Buton?
0 komentar:
Posting Komentar